Ungkapan Hanafing itu tercermin pada sistem kompetisi sepak bola di Indonesia yang belum memadai. Sebenarnya ada Elite Pro Academy (EPA) yang menjadi tempat bagi para pemain U-16, U-18, dan U-20 untuk berkembang.
Namun, ajang tersebut hanya menggunakan sistem turnamen, bukan kompetisi penuh. Hal ini tentu memberikan dampak yang berbeda bagi para pemain muda yang belum terbiasa dengan tekanan kompetisi penuh.
Selain itu, fasilitas pendukung akademi sepak bola juga kurang diperhatikan. Hanya sedikit klub Liga 1 yang memiliki lapangan latihan sendiri yang seharusnya dapat membantu para pemain dalam proses latihan.
“Prestasi timnas yang meningkat tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan pemain muda. Mereka juga membutuhkan fasilitas yang memadai. Jika tidak, akan terjadi kesenjangan kualitas antara pemain binaan kita dengan pemain naturalisasi,” tambah Hanafing.
