Pemerhati anti-korupsi Yudi Purnomo menyatakan bahwa tugas Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan dan Dewan Pengawasan KPK dihadapkan pada banyak tantangan, di antaranya adalah keberanian untuk mencoret calon pimpinan yang bermasalah.
Menurutnya, KPK memerlukan pemimpin yang tidak bermasalah secara integritas dan tidak menimbulkan masalah baru saat menjabat sebagai pimpinan KPK. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik, kinerja KPK, dan prestasi.
Yudi menekankan pentingnya pansel untuk berani mencoret calon pimpinan KPK yang bermasalah sejak awal seleksi, bahkan sejak tahap administratif jika ada yang mendaftar sebagai orang yang bermasalah. Hal ini untuk menghindari reaksi negatif dari publik dan jejak buruk yang dimiliki.
Dengan pengumuman nama-nama Pansel Capim KPK, dimulailah proses seleksi pimpinan KPK. Meskipun nama-nama Pansel tersebut dianggap memiliki rekam jejak dan keahlian yang baik, mereka dihadapkan pada situasi KPK yang tengah dilanda masalah korupsi, krisis integritas, dan kontroversi yang lebih dominan daripada prestasi dalam memberantas korupsi.
Yudi juga menambahkan bahwa tanpa keberanian, pansel hanya akan menjadi segel normatif dalam seleksi pimpinan KPK. Pengalaman pansel sebelumnya yang meloloskan Firli Bahuri hingga tahap akhir, meskipun mendapat penolakan publik dan akhirnya tersandung kasus korupsi saat menjabat sebagai Ketua KPK, harus menjadi pelajaran bagi pansel saat ini untuk memilih 10 orang terbaik sebelum dipilih oleh DPR.
Menteri Sekretaris Negara Pratikno sebelumnya telah mengumumkan sembilan anggota Pansel Capim dan Dewas KPK, yang akan dipimpin oleh Kepala BPKP Yusuf Ateh. Nama-nama lain yang ditunjuk antara lain Rektor IPB Arif Satria sebagai Wakil Ketua dan anggota Pansel KPK. Tujuh anggota Pansel KPK lainnya adalah Ivan Yustiavandana, Nawal Nely, Ahmad Erani Yustika, Y. Ambeg Paramarta, Elwi Danil, Rezki Sri Wibowo, dan Taufik Rachman.