Industri otomotif Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, penjualan otomotif nasional pada tahun 2024 diprediksi hanya mencapai 850 ribu unit.
Tentu saja angka tersebut tergolong sangat rendah, karena pasar otomotif nasional sempat tembus 1,03 juta unit pada tahun 2019, dan semakin kesini jadi merosot tajam.
Penjualan yang menurun ditambah adanya beberapa faktor pendukungnya, usut punya usut pemerintah melalui Kementerian Perindustrian, saat ini melakukan studi internal agar kendaraan murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) bisa disematkan teknologi hybrid.
Hal ini diungkapkan langsung Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin dan Alat Transportasi (Ilmatap) Kemenperin, Dodiet Prasetyo.
Baca juga: Daftar Mobil LCGC Terlaris di Indonesia Saat Ini, Toyota Agya Nomor Berapa?
Menurut Dia, kombinasi kendaraan LCGC atau Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) dan teknologi hybrid bisa semakin menyumbang penghematan bahan bakar sekaligus mendukung transisi energi.
“Berdasarkan hitungan, asumsi sederhana kami yang dilakukan secara internal, kurang lebih bisa 1 liter bisa mencapai 25-30 kilometer. Artinya dari sisi pasar yang gemuk, paling tidak ada porsi yang bisa diberikan untuk mendukung isu transisi energi.” ungkap Dodiet saat ditemui saat forum diskusi di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2024).
Lebih lanjut Dodiet menegaskan, pemerintah sangat mendorong industri untuk meningkatkan sumbangsih agar mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka program transisi energi.
Baca juga: Viral Mobil LCGC Bawa Muatan Segunung, Pakar Mengemudi Ingatkan Efek Negatifnya
Teknologi Mobil LCGC Harus Berubah
Konsep LCGC yang dibenamkan teknologi hybrid diamini Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara. Pasalnya, segmen mobil LCGC di Indonesia volumenya masih cukup tinggi, karena harganya masih terjangkau.
Maka dari itu, Kukuh menuturkan, sudah seharusnya LCGC yang memiliki volume penjualan besar, merubah teknologi, agar konsumsi bahan bakar dan emisi gas buangnya jadi lebih baik.
“Ini challenge makanya perlu R&D. Salah satunya hibridisasi LCGC, karena ini bukan low cost lagi, dibandingkan yang lain juga emisinya sudah tinggi. Mau baru atau lama, kalau bisa menghasilkan produk yang diminati konsumen, ya menarik,” jelasnya.
Baca juga: Punya 5 Keunggulan Dibanding Mobil Listrik, Ini Daftar Mobil Hybrid Toyota Terbaru
“Jadi yang menarik ada felxy engine dan flexy fuel. Yang penting kita bisa mengurangi fossil fuel, ketimbang menunggu EV, oke EV alternative. Makanya bukan cuma satu saja, tapi semua harus jalan,” sambung Kukuh.
Seperti diketahui, dalam salah satu aturan yang tertuang dalam Pasal 4 Permenperin Nomor 36 Tahun 2021, KBH2 atau LCGC, bahwa konsumsi BBM mobil LCGC paling rendah 20 km per liter, sedangkan diesel 21,8 km per liter, atau tingkat emisinya CO2 sampai dengan 120 gram per kilometer.
Maka dari itu, jika ada mobil LCGC hybrid, kemungkinan akan jauh lebih irit BBM dan emisi yang dikeluarkan jadi sedikit.
Harga Mobil LCGC Hybrid Bisa di Bawah Rp 250 Juta
Seperti namanya, mobil LCGC tidak hanya irit bahan bakar, namun juga harganya terjangkau.
Berdasarkan penelusuran AutoFun, harga mobil LCGC saat ini masih di bawah Rp200 jutaan.
Perlu dicatat, harga LCGC saat ini sudah dibebani Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) sebesar 3 persen, sesuai dengan aturan pada PP nomor 74 tahun 2021 yang berlaku pada 16 Oktober 2021, dan diterapkan pada Januari 2022.
Sebelumnya, dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33 Tahun 2013, LCGC mendapat keistimewaan berupa bebas dari instrumen pajak PPnBM.
Maka dari itu, selama Oktober 2024, harga mobil LCGC masih belum belum berubah. Untuk detailnya lihat selengkapnya di bawah ini
Toyota
- Agya 1.2 E M/T: Rp 170.900.000
- Agya 1.2 G M/T: Rp 178.400.000
- Agya 1.2 G CVT: Rp 194.400.000
- Calya 1.2 E M/T STD: Rp 167.300.000
- Calya 1.2 E M/T: Rp 170.200.000
- Calya 1.2 G M/T: Rp 175.800.000
- Calya 1.2 G A/T: Rp 190.000.000
Honda
- Brio Satya S MT: Rp 167.900.000
- Brio Satya E MT: Rp 182.800.000
- Brio Satya E CVT: Rp 198.300.000
Daihatsu
- Ayla 1.0 M: Rp 136.000.000
- Ayla 1.0 X MT: Rp 148.900.000
- Ayla 1.0 X MT ADS: Rp 154.800.000
- Ayla 1.0 X CVT: Rp 168.900.000
- Ayla 1.0 X CVT ADS: Rp 174.800.000
- Ayla 1.2 R MT: Rp 166.000.000
- Ayla 1.2 R MT ADS: Rp 171.900.000
- Ayla 1.2 R CVT: Rp 186.000.000
- Ayla 1.2 R CVT ADS: Rp 191.900.000
- Sigra 1.0 D MT: Rp 139.000.000
- Sigra 1.0 M MT: Rp 149.600.000
- Sigra 1.2 X MT: Rp 157.300.000
- Sigra 1.2 X AT: Rp 170.600.000
- Sigra 1.2 X MT DLX: Rp 162.900.000
- Sigra 1.2 X AT DLX: Rp 176.100.000
- Sigra 1.2 R MT: Rp 164.000.000
- Sigra 1.2 R AT: Rp 178.800.000
- Sigra 1.2 R MT DLX: Rp 167.800.000
- Sigra 1.2 R AT DLX: Rp 182.600.000
Jika melihat detail harga LCGC saat ini, maka termurah adalah Ayla 1.0 M yang dijual Rp 136.000.000, dan termahal yaitu Brio Satya E CVT yang dibanderol Rp 198.300.000.
Harga mobil LCGC ini masih tergolong murah, mengingat jangkauan konsumen di Tanah Air di bawah Rp300 jutaan.
Lantas berapa harga LCGC dengan kombinasi Hybrid jika harus direalisasikan?
Dodit belum bisa menjelaskan secara detail. Akan tetapi kata dia, berdasarkan penelitian di salah satu brand, kendaraan jenis ICE dan hybrid, gap-nya tidak sampai Rp 50 juta. “Artinya apabila itu disematkan di teknologi KBH2 tentu saja lonjakan harganya tidak sedemikian banyak,” ujarnya.
Maka dari itu, bukan tak mungkin, jika melihat harga mobil LCGC sekarang dan ditambah teknologi hybrid, maka harganya bisa antara Rp150 juta atau kurang dari Rp250 jutaan. Pasalnya, hybrid yang dibenamkan bisa strong atau mild.
Meski baru sekedar usulan, namun strategi tersebut dianggap cukup memungkinkan diterapkan tahun depan agar mampu kembali menggairahkan pasar otomotif nasional.