Sunday, October 27, 2024
HomePolitikKesadaran Intelektual dan Kepemimpinan Militer: Sahabat Salim Said

Kesadaran Intelektual dan Kepemimpinan Militer: Sahabat Salim Said

Jakarta (ANTARA) – Profesor Salim Said telah meninggal dunia dan dimakamkan siang tadi. Saya (Didik J Rachbini) sebagai sahabat dekat almarhum ingin mengungkapkan catatan saya mengenai kepergiannya.

Kesadaran intelektual yang tinggi dimiliki Salim Said, terutama dalam bidang politik militer, sehingga saya menganggap beliau sebagai maestro intelektual dalam bidang politik militer. Dia juga membantu dalam mempromosikan program pewarisan buku dari para akademisi senior ke kampus Paramadina.

Salah satu hal yang perlu dicatat tentang Salim Said adalah kesadarannya yang tinggi dan kemampuannya dalam bidang politik militer dan politik secara umum. Meskipun dikenal sebagai penulis film dan wartawan, namun keahliannya dalam politik militer jauh lebih mendalam daripada bidang perfilman yang pernah ia tekuni.

Meskipun tidak terlalu mengikuti perkembangan intelektual terkini, namun pengetahuan Salim Said tentang politik militer sangat mendalam dan detil. Hal ini berkat gabungan riset kualitatif mendalam dan wawancara investigatif, yang merupakan ciri khas dari gaya jurnalistik seperti Majalah Tempo.

Selain itu, kesadarannya dalam bidang politik sangat kuat, terutama dalam pertautan dengan nasionalisme. Analisisnya terhadap politik Indonesia selalu mengedepankan posisi ideologi yang berkembang sejak Orde Lama, seperti kelompok kiri, nasionalis, dan Islam.

Salim Said memiliki kesadaran intelektual yang terlihat dari ribuan buku yang menjadi harta paling berharga baginya. Dia telah berupaya untuk mewariskan buku-buku tersebut agar dapat bermanfaat secara akademis dan telah menyerahkan sebagian dari koleksinya kepada Perpustakaan Nasional.

Saya berharap para akademisi senior lainnya dapat meniru sikap Salim Said dalam mewariskan pengetahuannya melalui koleksi buku. Universitas Paramadina juga memiliki program yang memungkinkan akademisi senior untuk mewariskan buku-bukunya agar menjadi warisan yang berharga bagi universitas.

Salim Said merupakan contoh seorang intelektual yang mencintai buku dan koleksinya, meskipun memiliki keterbatasan finansial. Koleksi buku-buku Faisal Basri sebagai contoh, telah dijadikan dekorasi di kantor lembaga think tank INDEF.

Salim Said merasa kecewa dengan nilai pensiun yang kecil dan sempat berharap agar saya dapat membantunya menjadi penasihat perusahaan media. Dia ingin nilai jurnalisme di media tersebut meningkat sehingga dapat membantu dalam membeli obat untuk penyakit yang dideritanya.

Itulah perjalanan seorang maestro intelektual, yang di mata saya merupakan sosok yang hebat, detail, dan mendalam dalam pengetahuannya tentang politik militer di Indonesia dan negara lain.

*) Didik J Rachbini, sahabat Salim Said

Copyright © ANTARA 2024

Source link

RELATED ARTICLES

Berita populer