Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai bahwa penyesuaian atau penambahan nama oleh peserta pemilu merupakan strategi politik untuk meningkatkan elektabilitas dan mendapatkan dukungan publik pada Pilkada Serentak 2024.
Penyesuaian nama seperti yang dilakukan oleh Pramono Anung Wibawa menjadi Pramono Anung Wibowo dan penambahan nama Si Doel oleh Rano Karno merupakan bagian dari strategi politik tersebut. Perubahan ini diumumkan dalam penetapan pasangan cagub-cawagub Jakarta oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta pada Minggu (22/9).
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno ingin menyematkan nama tambahan dalam surat suara Pilkada Jakarta. Rano Karno berkeinginan untuk menyematkan nama Si Doel, yang sedang dalam proses permohonan pengadilan.
Menurut Ujang, langkah yang diambil oleh pasangan Pramono Anung-Rano Karno adalah bagian dari strategi untuk menyambut masa kampanye yang akan segera dimulai.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia itu menegaskan bahwa masyarakat Jakarta sudah mengenal Pramono Anung Wibowo, bukan Pramana Anung Wibawa yang tertera di KTP dan Ijazah mantan Menteri Sekretaris Kabinet (menseskab). Sedangkan nama Si Doel, menurut Ujang, lebih dikenal oleh masyarakat Betawi.