Sabtu, 29 Juni 2024 – 09:03 WIB
YOGYAKARTA – Bukit Menoreh yang terletak di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki daya tarik luar biasa. Perbukitan yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah itu memberikan pemandangan negeri di atas awan yang sangat menarik.
Salah satu titik yang bisa dinikmati di kawasan ini adalah Puncak Widosari yang terletak di Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh. Dari ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (MDPL), kita bisa melihat pemandangan menakjubkan.
Untuk sampai di Puncak Widosari, kita harus melewati sekitar 216 lebih anak tangga. Perjalanan menuju Puncak Widosari terasa lebih ringan karena di kelilingi suasana alam yang sejuk. Rasa lelah menaiki anak tangga terbayar ketika berada di Puncak Widosari. Di sini kita dapat melihat pemandangan yang sangat luar biasa. Udara pun terasa sangat sejuk dari puncak ini.
“Terbayar capeknya menaiki ratusan anak tangga tadi. Memang sangat bagus pemandangan dari Puncak Widosari ini,” kata Lala, salah satu pengunjung.
Saat ada di Puncak Widosari, setiap pengunjung terlihat berswafoto dan mengabadikan dalam gambar. Pemandangan luar biasa sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.
“Harus donk foto-foto. Kapan lagi bisa nikmatin suasana seperti ini,” ujarnya.
Tidak jauh dari Puncak Widosari, terdapat juga perkebunan teh milik Mbah Pur. Kebun teh seluas 1 hektar itu dipenuhi banyak pohon teh yang siap dipetik. Mbah Pur menceritakan, untuk memetik daun teh biasanya dilakukan seminggu sekali.
“Tiap minggu dipetik. Biasanya hari Senin-Kamis,” katanya.
Di sini pengunjung dapat ikut memetik daun teh yang dibimbing langsung oleh Mbah Pur. Keramahan Mbah Pur dalam mengajari memetik daun teh menjadi daya tarik tersendiri. Setelah memetik daun teh, Mbah Pur juga mengajari untuk menyangrai daun teh hingga akhirnya dapat dikonsumsi.
Menyangrai daun teh setidaknya memerlukan waktu hingga enam jam. Setelah kering sempurna, barulah daun teh bisa diseduh dan mengeluarkan aroma serta rasa yang nikmat.
Usai memetik daun teh, kita juga bisa menikmati santapan rumahan di Sawah Aking yang terletak di daerah Pengasih. Alunan musik gamelan menemani pengunjung untuk menyantap makanan dengan rasa khas.
“Ini jadi epic sih, makan di tengah sawah ditemani musik gamelan. Rasanya makin nikmat, kita bisa menyantap makanan sambil menikmati pemandangan dan alunan gamelan,” kata Kikie, salah satu wisatawan.
Keindahan alam Kulon Progo memang tiada duanya. Bagi wisatawan yang masih ingin melihat kawasan perbukitan, bisa menikmatinya dari MORAZEN Yogyakarta yang letaknya dekat dengan Bandar Udara Internasional Yogyakarta. Sebelumnya, hotel ini dikenal dengan Grand
Dafam Signature International Airport Yogyakarta, namun berubah nama sejak April 2024.
“Rebranding ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat identitas dan standar layanan hotel,” kata General Manager MORAZEN Yogyakarta, Hengky Tambayong.
Selain terletak di lokasi yang sangat strategis yaitu tepat di depan Bandara Internasional Yogyakarta, hotel ini juga menawarkan pemandangan alam sehingga menambah suasana tenang bagi para tamu yang ingin beristirahat dan bersantai. Di sini tersedia juga spa dan massage di wellness center yang dapat memanjakan mata para tamu dengan pemandangan indah Bukit Menoreh.
Cluster Marketing Communications & Public Relations Manager MORAZEN, Litania Utami menambahkan, rebranding di Yogyakarta ini juga mencakup pembaruan nama beberapa fasilitas utama. Restoran utama kini dikenal sebagai Palatier Restaurant dengan konsep all day dining, dan bar serta lounge di lantai atas telah berganti nama menjadi Laviere Bar and Lounge.
“Rebranding ini mengikuti langkah sukses rebranding di Surabaya, di mana MORAZEN Surabaya mendapatkan respons positif dari para tamu dan meningkatkan standar pelayanan yang lebih tinggi. MORAZEN Yogyakarta juga akan beroperasi sebagai hotel Bintang 4 independent sesuai dengan praktik terbaik operator hotel kelas internasional,” katanya.
Halaman Selanjutnya
“Tiap minggu dipetik. Biasanya hari Senin-Kamis,” katanya.